Sabtu, 10 Maret 2012

Part #1 Introduction


“Semakin banyak cita-cita yang kamu punya, semakin besar pula peluang meraih cita-cita itu”
Isman Muayyad

            Halo, namaku Isman, seorang anak SMA yang punya segudang cita-cita. Pengen jadi pilotlah, dokter, ahli mesin, presiden, ahli komputer, matematikawan, penceramah, penyanyi, pelukis, artis, pemain film, guru, dosen dan lain-lain. Kenapa gitu? Karena aku pengen banget jadi sosok seperti idolaku, pasalnya idolaku itu lebih dari satu, otomatis jadi banyak deh angan-angan nantinya aku jadi seperti apa. Dan lebih aneh lagi, cita-citanya itu timpang banget alias jauh banget bidangnya dari cita-cita yang satu dengan yang lainnya, penyebabnya ga lain dan ga bukan adalah karena banyaknya sosok idola yang sangat aku gemari. Nah dari sekian banyaknya cita-cita itu, ada enam cita-cita yang paling utama.
            Aku mengidolakan AA Gym, BJ Habibie, Afgan, dr. Mursidin, Etzel Cardena (beliau adalah seorang psikolog sekaligus hipnoterapis dan presiden dari Division 30 (hipnosis) dari American Psychological Association) dan aneh bin ajaib (itu kata temen-temen sih) aku mengidolakan seorang Panglima Perang Jerman, Adolf Hitler. Nah lho?! Ya emang apa anehnya sih? (sok ngebela diri sendiri..haha). Ya memang sih bahwa sang Panglima, dikenal seorang pemimpin yang kejam, diktator, otoriter, ga punya hati dan lain-lain. Tapi, kalo menurut aku sih pasti setiap orang punya sisi positifnya.
            Coba nih kalian pikirin, seorang laki-laki keturunan orang biasa bisa membuat dirinya dikenal di seluruh dunia dan bisa memimpin negara Jerman yang notabene waktu itu menjadi salah satu negara Adi daya yang ditakuti. Wuih keren banget kn?? Iya kan? Iya dong? Atas dasar apa sih dia bisa kayak gitu? Nah kalo kalian coba lihat dari sisi positifnya, Adolf Hitler memiliki skill yang mumpuni dalam masalah kepemimpinan, sosoknya yang tegas, mampu membuat warga Jerman ketika itu, memiliki kobaran semangat dalam dadanya.
Keahlian lain yang ga kalah kerennya adalah kecerdasan beliau membuat strategi perang yang dahsyat serta kecepatan dan ketepatan beliau dalam mengambil keputusan, sampai-sampai negara-negara lain yang kuat pada masa itu berkali-kali dipukul mundur. Dan salah satu sifat yang sangat sangat perlu ditiru oleh pemuda Indonesia dari sosok Panglima luar biasa ini adalah kecintaannya yang besar terhadap tanah airnya. Nah keren kan? Makannya mulai sekrang coba deh liat sesuatu itu ga hanya dari sisi negatifnya aja, tapi juga coba cari sisi positifnya.
Eits! Keasikan cerita kelupaan deh masalah cita-citaku tadi. Oke coba di review lagi. Aku itu punya cita-cita menjadi seorang penceramah kawakan kayak Aa Gym, menjadi seorang pembuat pesawat terbang yang notabene masih jarang di dunia seperti Prof. Habib (sebutanku sendiri), terus jadi penyanyi terkenal yang punya bejibun fans kayak Afgan, menjadi seorang dokter seperti dr. Mursidin (sekilas aja ya, dr. Mursidin itu adalah dokter langgananku sewaktu kecil, beliau sangat ramah sekali pada setiap pasiennya, khusus untuk pasien anak, beliau pasti selalu memberikan sebuah hadiah, entah itu kue, mainan, jika setelah diperiksa, hebat kan? Sungguh dokter teladan! Tetapi, sedihnya, beliau sudah meninggal ketika aku menginjak umur 10 tahun, nah semenjak itulah aku menekadkan diri di hati, bahwasannya aku ingin meneruskan pekerjaan mulianya itu), menjadi seorang psikolog sekaligus hipnoterapis seperti Etzel Cardena dan terakhir menjadi seorang pemimpin negara yang tegas, berwibawa, dan cinta tanah air seperti Adolf Hitler.
Nah, timpang kan? Hehe. Yg satu peceramah, ada lagi penyanyi, terus ahli mesin peawat terbang, dokter, psikolog yang rangkap juga jadi hipnoterapis dan seorang pemimpin negara. Ya begitulah. Kalian juga pasti punya cita-cita kan? Maka dari itu diawal, udah dikasih quotes, “Jangan pernah takut punya mimpi, karena mimpi itu bakalan buat hidup kamu lebih bermakna, berwarna dan menegangkan.”
Menjadi bermakna, karena dengan adanya cita-cita manusia lebih mampu merasakan hidup dan untuk apa hidup sebab memiliki arah dan tujuan yang jelas. Menjadi berwarna, karena dengan adanya cita-cita kita selalu melakukan usaha semaksimal mungkin dengan cara yang berbeda-beda, melakukan hal-hal yang baru demi tercapainya cita-cita. Dan menjadi menegangkan karena kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi di masa depan, yang kita usahakan sekarang adalah bekerja semaksimal mungkin untuk menggapainya dan itu bakalan seru banget dan menegangkan pastinya.
Nah, friends, berikutnya kalian bakal baca mengenai perjalanan hidupku untuk menjadi seorang psikolog dan disetiap partnya juga bakal ada rubrik “lesson to learn” untuk mengambil pelajaran dari setiap kejadian. Semoga bisa menjadi inspirasi buat siapa pun yang baca. Let’s check this out!

1 komentar:

  1. menurut asri, anda super sekali..
    oh ya jgn lp mampir d blog ku yah, ichigo-aoyama.blogspot.com
    udh d follow nh blog.a, follow jg n bc crita2.a ya (mskpun crita lama, hehe)
    bogoshippo, hangeng :)

    BalasHapus