Minggu, 05 Mei 2013

Yang Terindah Untukmu, Ibu...



Ketika...

Orang Timur berkata, mutiara yang paling indah
Aku diam

Orang Selatan berkata, permata yang paling indah
Aku hanya diam

Orang Barat berkata, berlian yang paling indah
Aku pun diam

Orang Utara berkata, kristal yang paling indah
Aku juga diam

Dan saat mereka semua diam, aku berkata....

Yang paling indah di muka bumi ini adalah kasih sayang ibu
Yang bahkan, Syurga pun ada dibawah telapak kakinya

Ibu...
Terima kasih untuk kasih sayang yang tak pernah usai
Tulus cintamu takkan mampu
Untuk terbalaskan

Semoga Allah memberikan kedamaian dalam hidupmu
Putih kasihmu kan abadi
Dalam hidupku

Ya Allah...
Berikanlah kesehatan pada ibuku
Panjangkanlah umurnya
Aku ingin membahagiakannya
Sebelum aku atau dia tiada...

Amiiin Ya Rabbal'alamin...

Yang terindah untukmu, Ibu...



dari anakmu,
Isman Muayyad
5 Mei 2013, pkl. 00.45
RS Marzoeki Mahdi, Bogor

Selasa, 26 Juni 2012

Sang Petani Mangga dan Sang Peternak Sapi


Alkisah ada dua orang manusia yang saling bertetangga. Yang satu adalah seorang petani mangga dan yang satunya lagi adalah peternak sapi. Pada suatu hari merek memulai pekerjaanya masing-masing. Petani mangga memulainya dengan menanam bibit buah mangga yang ditanam disebelah kiri rumahnya dan tepat disamping mangga itu terdapat rumah dari si peternak sapi. Peternak sapi pun memulai pekerjaannya dengan membeli seekor sapi dewasa dan dikandangkan tepat dibelakang rumahnya. Hari demi hari telah terlewati hingga si petani mangga pun mendapati pohon mangganya tumbuh dengan lebat. Lain halnya dengan si peternak sapi, sapi yang telah dirawatnya sekian lama belum kunjung juga melahirkan ataupun menghasilkan air susu. Melihat tetangga yang memiliki pohon lebat, akhirnya tumbuhlah rasa iri di hati sang peternak sapi. Hingga suatu hari, ketika sang petani mangga pergi, sang peternak pun berniat merusak pohon mangga tetangganya itu dengan kotoran-kotoran sapi dan tidak hanya itu, yang semula hanya melempari pohon mangga, tetapi sang peternak itu juga melempari rumah sang petani mangga.
       Sore hari pun tiba, sang petani mangga pun tiba kembali di rumahnya setelah pergi menjual semua hasil panen mangganya. Setiba di rumahnya ia sedikit terkaget dengan kotoran-kotoran yang berserakan di halaman, pohon serta dinding rumahnya, namun kemudian ia dapat mengendalikan dirinya. Ia pun lantas segera mengetahui dalang dari semua perbuatan ini, tentu saja adalah sang tetangganya si peternak sapi. Namun, ia tidak lekas marah walaupun mengetahuinya. Ia malah dengan hati lapang dan senyum membersihkan sudut demi sudut rumahnya dengan sabar dan ulet. Bahkan mendatangi rumah sang peternak sapi dengan membawa sekeranjang mangga yang ranum yang memang sudah diniatkan untuk diberikan pada tetangganya jauh sebelum peristiwa yang menimpa sang petani dan ia tetap melakukannya dan tidak mengurungkan niatnya.
       Alangkah kagetnya sang peternak mendapati seseorang yang telah ia zalimi datang mengantarkan sekeranjang mangga hasil panennya tanpa membawa perasaan amarah bahkan menyinggung peristiwa itu pun tidak sama sekali, tapi malah sebaliknya dengan membawa perasaan bahagia dan senyum indah seakan-akan tidak pernah terjadi apa pun sebelumnya. Lantas timbullah rasa bersalah dalam diri sang peternak, timbul konflik batin dalam dirinya. Maka, ketika sang petani mangga hendak pergi, sang peternak pun mengungkapkan semuanya dan dengan lapang dada sang petani pun tersenyum dan memaafkan segala kesalahan sang peternak. Sungguh mulia hati sang petani, walaupun ia dizalimi, tetapi ia tetap berlapang dada dan mau memaafkan sang peternak.
       Sahabatku, dari cerita tadi, kita dapat mengambil hikmah bahwa tidak setiap kejahatan harus dibalas kejahatan, tetapi kejahatan itu bisa musnah jika kita balas dengan kebaikan. Dari sikap sang petani, kita dapat mengambil pelajaran berharga. Dari kotoran-kotoran sapi tadi, ia merespon dengan positif sehingga menghasilkan hal yang positif pula. Jika kita hubungkan dengan kehidupan sehari-hari, analogikan kotoran-kotoran tadi adalah sebuah cacian/ujian. Dari sikap sang petani tadi dapat kita simpulkan bahwa, segala cacian/ujian yang datang padanya bukan malah menjadi bumerang untuk membalas kembali, tapi malah ia menelannya bulat-bulat dan mengolahnya dalam otak, sehingga menghasilkan sikap baru yang lebih matang dan pada akhirnya menghasilkan kedewasaan.
       Hal unik terlihat pada sikap sang petani mangga yang memberikan respon yang jarang sekali orang lain lakukan. Seperti yang telah disebutkan bahwa, respon yang baik akan menghasilkan baik walaupun terpaan yang diterima buruk dan begitu sebaliknya. Oleh karena itu, kita yang segera mengalami kedewasaan ini hendaklah merespon dengan baik segala macam terpaan yang akan dan telah kita terima. Apalagi menjadi seorang yang dewasa msti memiliki sikap bertanggung jawab. Jika kita transformasikan ke dalam bahasa inggris, tanggung jawab itu berarti Responsibility. Jika kita pilah menurut terminologinya, kata tersebut berasal dari dua kata, yaitu response dan ability. Ability = kemampuan, response = respon. Maka, jika kita artikan, kata tersebut berarti kemampuan dalam merespon.
Ini menunjukan bahwa sikap tanggung jawab dari seorang yang dewasa terlahir dari bagaimana cara kita merespon terhadap setiap masalah yang menimpa kita. Setiap orang sudah pasti sama, yaitu memiliki terpaan/ujian/cobaan tetapi yang membedakan adalah bagaimana kita meresponnya. Mulai dari sekarang, responlah dengan baik dan benar setiap masalah yang terjadi pada diri kita agar menjadi pribadi yang matang, dewasa dan bertanggungjawab.

Jatinangor, Juni 2012
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
Isman Muayyad

Minggu, 06 Mei 2012

Cinta kepada Allah, Cinta yang Tertinggi dan Termurni


“Wahai saudaraku, buka mata, buka hati, ada begitu banyak cinta di sekelilingmu, mulai dari  nikmat hembusan nafasmu hingga kedipan kecil dimata, itulah tanda kecintaan Allah padamu”
Isman Muayyad
“Hanyalah untuk Allah, kan ku persembahkan.
Cinta yang tertinggi dan termurni.
Yang tumbuh dalam nurani.
Hanyalah untuk Allah, slalu kusandarkan.
Segala pengharapan dan doa.
Beri daku cahya-Mu”
-Persembahan Cinta, Gradasi-
               Wahai saudaraku, kali ini izikanlah dirimu untuk mendengarkan suara hatimu, luangkanlah waktumu untuk sejenak merenung, bertafakur dan memejamkan mata. Cobalah sesekali kita membuka tidak hanya “mata sadar” kita tetapi juga mata hati kita. Renungkanlah, bahwa sesungguhnya kita selalu lupa dan terlena pada dunia, pikiran kita selalu terfokuskan pada apa yang kita lihat, bukan pada siapa yang menciptakan. Padahal, segala kenikmatan yang diberikan kepada kita itu adalah bukti kecintaan Allah pada hamba-Nya. Tapi kita seringkali lupa, dan terlena akan cinta kepada sesama. Bahkan kita seolah “hilang ingatan” bahwasannya tiap hembusan nafas dan kedipan mata adalah pemberian Allah, cinta Allah, tapi pernahkah kita membalas cinta-Nya yang begitu indah ini? Pernahkah kita memikirkan bagaimana caranya untuk membalas cinta pada Allah?
            Wahai saudaraku, marilah kita mencoba menyimpan perasaan kita hanya untuk Allah semata, karena Dia-lah satu-satunya yang memberikan nikmat kehidupandi atas dunia ini. Itulah yang dituturkan oleh Hasan bin Tsabit, saat ia berkata,
Wahai Tuhan, aku tidak akan meninggalkan pintu-Mu
Dan tidak akan berusaha menggapai pintu lain selain pintu-Mu
Aku akan menenun baju keridhaan-Mu
Sungguh aku sangat tersanjung telah menjadi salah satu dari hamba-hamba-Mu
Aku berbisik lirih dalam keheningan subuh
Saat dikatakan Siapakah Tuhan-Mu?
Tuhanku adalah Sang pencipta Alam
Aku sungguh sangat terhormat telah menjadi salah satu dari hamba-hamba-Nya
Tuhanku adalah yang menerbitkan fajar
Aku tidak akan berusaha menggapai pintu lain selain pintu-Mu
                Mari kita mengembalikan cinta kepada sesama kita dengan mengembalikan ketaatan kita kepada Allah. Mari meninggalkan maksiat-maksiat, hingga kita pun bisa hidup terus menerus dalam naungan cinta-Nya. Amin ya Rabbal’alamin.

Minggu, 18 Maret 2012

Part #2 Masa-masa Galau


“Keberanian membuat kamu punya tenaga ekstra untuk melakukan apa pun demi menggapai citamu”
Isman Muayyad

            “Teng nong!!!” bel sudah berbunyi waktunya mengumpulkan jawaban. Hari ini adalah hari terakhir ujian akhir semester 5. Artinya bahwa cepat atau lambat aku akan menginjak semester 2 di kelas 12 ini. Hufft semester dua mungkin akan menjadi semester yang menegangkan, pasalnya kakak-kakak kelas pada bilang, “semester akhir itu semester paling galau deh, ada yang stress pula.” Wah, makin bikin tegang aja nih. Galau karena di semester akhir itu banyak banget ujian yang terjadi, diantaranya UAS, UN, SNMPTN belum lagi UHB yang diadain tiap minggunya.
UHB itu program unggulan disekolahku, bentuknya kayak ujian lainnya, ada LJK, ada pengawas, ada soal, pokoknya hampir sama kayak UAS, tapi bedanya diadain tiap 3 bulan sekali, tujuannya biar siswa terbiasa mengisi LJK yang harus dibuletin itu dan terbiasa pula mengalami suasana ujian. Emang sih kalo normalnya diadakan tiap 3 bulan sekali, tapi pengecualian buat siswa yang di semester akhir, UHB diadakan tiap seminggu sekali alias tiap akhir minggu (zzz.. gimana ga mabok tuh). Katanya sih tujuannya biar kita terbiasa dengan soal-soal ujian yang standar UN dan SNMPTN. Juga supaya setiap siswa mampu mengukur kemampuannya tiap minggunya. Oke, apapun itu, cepat atau lambat bakal aku lewatin, so yang bisa aku lakukan sekarang adalah mempersiapkan diri.
Hari pembagian rapot pun tiba, jantung berdegup kencang bagaikan genderang mau perang (ngutip dikit ya Om Dani..hhe). Berbeda dengan hari-hari pembagian rapot sebelumnya, kali ini lapangan sekolahku dipayungi tenda yang cukup besar layaknya tenda pernikahan. Di dalamnya berderet dengan rapi meja-meja serta kursi-kursi yang telah diatur sedemikian rupa. Diatas masing-masing meja terdapat tulisan, ternyata tulisannya adalah universitas-universitas yang ada di Indonesia. Wah, sepertinya akan ada expo kampus. Expo kampus itu adalah pameran sekaligus perkenalan universias-universitas yang ada di Indonesia. Waah, melihat itu malah bikin nambah galau. Yaiyalah secara, bakalan masuk universitas mana ya nantinya.
Waktu semakin siang, sekarang waktu sudah menunjukan jam sembilan pagi pada jam tanganku. Semakin siang, semakin ramai pula sekolah ini. Dan tak terasa tenda sudah terisi penuh oleh kakak-kakak mahasiswa yang sebagian besar adalah alumni yang siap memperkenalkan universitasnya masing-masing. Melihat kakak-kakak yang keren, gagah, bangga dan berwibawa, membuat hati ini bukan galau, tapi malah terpacu untuk bisa seperti mereka. Maklum, sedari kecil sang Ibu tercinta selalu “mendoktrinku” dengan sebuah prinsip yang masihku pegang sampai saat ini. Yaitu prinsip “orang lain bisa, kenapa saya tidak??”. Prinsip inilah yang mujarab sekali untuk menghilangkan rasa ragu ataupun galau, fenomena yang sering terjadi pada kebanyakan remaja.
“toh orang lain juga sama seperti kita, makan nasi juga, so kita pasti bisa sukses seperti orang-orang yang sudah sukses itu” lanjut ibuku.
Kalo dipikir-pikir kan benar juga, kita dan orang lain itu sama saja, tidak ada bedanya. Diciptakan oleh Pencipta yang sama, yaitu Allah SWT. Dihidupkan di tempat yang sama, yaitu Bumi. Diberikan kelengkapan tubuh yang sama seperti dengan yang lainnya, sama-sama dapat melihat, mendengar, merasakan, makan dan minum dan lain-lain.
“hanya satu yang membuat kita berbeda dengan yang lainnya, yaitu cita-cita dan kemauan keras untuk menggapainya” tambah ayahku.
Perkataan ayahku semakin memantapkan hatiku untuk selalu berbuat semaksimal mungkin disetiap keadaan. Dalam konteks ini, aku tidak lagi galau ataupun ragu untuk menghadapi semester selanjutnya.
Ditambah lagi dengan hasil rapotku yang cukup memuaskan, ranking 1, suatu keajaiban..hehe. ini akan menjadi modal berharga untuk menyongsong semester depan. Nah, selama liburan, aku gunakan setiap waktu yang luang untuk mencoba latihan berbagai soal-soal. Seiring dengan itu, tiada putusnya doaku pada sang Maha Menentukan, Allah SWT. Keberanianku tumbuh dengan pesatnya, tidak ada lagi yang perlu ditakutkan, just do it and do the best!
Hari-hari di semester dua pun kulewati dengan cepat, maklum aku sangat menikmatinya, sehingga semester dua ini terasa cepat. UN dan UAS pun sudah kulewati dengan hati mantap. Tinggal ujian terakhir yang belum kulewati, yaitu SNMPTN. Singkat cerita, pengumuman tentang SNMPTN pun tiba. Berbeda dengan tahun lalu, tahun ini semua ujian mandiri diakhirkan. Jalur PMDK pun diubah yang sebelumya diurus oleh universitas masing-masing, sekarang menjadi Jalur Undangan yang diurus oleh panitia SNMPTN pusat.
Karena prestasi akademikku lumayan bagus, akhirnya aku dapat kesempatan mengikuti SNMPTN Undangan. Kesempatan ini tak kulewati dengan sia-sia, tak tanggung-tanggung pilihan universitasnya adalah Unpad dan Brawijaya, masing-masing tiga pilihan dengan format yang sama, yaitu Kedokteran, Psikologi dan Ekonomi Pembangunan.

Lesson to Learn!
Apa sajakah pelajaran yang bisa kita ambil pada Part #2 ini ??
ü  Mereka bisa, kenapa saya tidak??
Walaupun sepertinya sederhana, tapi punya makna yang dalem lho. Yang Insya Allah bisa bikin kamu termotivasi. Mulai hari ini tanamkanlah prinsip ini dalam diri kamu, niscaya akan ada perubahan yang secara tidak langsung bisa mendorong kamu buat lebih terpacu untuk belajar.
ü  Kemauan keras.
Yang satu ini, wajib banget nih dimiliki, kenapa? Karena tanpa adanya kemauan kita ga bakalan pernah bisa gapai cita-cita kita. Yaiyalah! Orang ga punya kemauan, gimana mau berbuat? Berencana aja mungkin ga bisa. Maka dari itu, mulai hari ini pula, tumbuhkanlah rasa kemauan dalam diri kamu, kemauan untuk belajar lebih sungguh-sungguh lagi, kemauan untuk menjadi seorang yang sukses. Ga usah terburu-buru kalo sulit, perlahan tapi pasti! Apalagi kalo kamu udah punya kemauan yang keras, Insya Allah segala hambatan mampu dengan mudah kamu lewati. Amin.
ü  Keberanian.
Nah, yang satu ini ga kalah pentingnya. Bahkan seharusnya harus sudah tertanam sejak kamu akan berbuat sesuatu. Ingat lho, tanpa keberanian, kamu ga bakal bisa ngejalanin hidup. So, udah seharusnya keberanian itu sudah melekat dalam diri kamu. Jangan ragu untuk melakukan hal positif buat diri kamu. Bahkan seorang ilmuwan, Goethe menyatakan, “Apa pun yang dapat Anda lakukan, mulailah. Keberanian memiliki kecerdasan, kekuatan dan keajaiban di dalalamnya.” So, apa lagi yang ditunggu?? Mulailah sekarang juga, lalu perhatikan apa yang akan terjadi. (serasa Mario Teguh..hehe).

Sabtu, 10 Maret 2012

Part #1 Introduction


“Semakin banyak cita-cita yang kamu punya, semakin besar pula peluang meraih cita-cita itu”
Isman Muayyad

            Halo, namaku Isman, seorang anak SMA yang punya segudang cita-cita. Pengen jadi pilotlah, dokter, ahli mesin, presiden, ahli komputer, matematikawan, penceramah, penyanyi, pelukis, artis, pemain film, guru, dosen dan lain-lain. Kenapa gitu? Karena aku pengen banget jadi sosok seperti idolaku, pasalnya idolaku itu lebih dari satu, otomatis jadi banyak deh angan-angan nantinya aku jadi seperti apa. Dan lebih aneh lagi, cita-citanya itu timpang banget alias jauh banget bidangnya dari cita-cita yang satu dengan yang lainnya, penyebabnya ga lain dan ga bukan adalah karena banyaknya sosok idola yang sangat aku gemari. Nah dari sekian banyaknya cita-cita itu, ada enam cita-cita yang paling utama.
            Aku mengidolakan AA Gym, BJ Habibie, Afgan, dr. Mursidin, Etzel Cardena (beliau adalah seorang psikolog sekaligus hipnoterapis dan presiden dari Division 30 (hipnosis) dari American Psychological Association) dan aneh bin ajaib (itu kata temen-temen sih) aku mengidolakan seorang Panglima Perang Jerman, Adolf Hitler. Nah lho?! Ya emang apa anehnya sih? (sok ngebela diri sendiri..haha). Ya memang sih bahwa sang Panglima, dikenal seorang pemimpin yang kejam, diktator, otoriter, ga punya hati dan lain-lain. Tapi, kalo menurut aku sih pasti setiap orang punya sisi positifnya.
            Coba nih kalian pikirin, seorang laki-laki keturunan orang biasa bisa membuat dirinya dikenal di seluruh dunia dan bisa memimpin negara Jerman yang notabene waktu itu menjadi salah satu negara Adi daya yang ditakuti. Wuih keren banget kn?? Iya kan? Iya dong? Atas dasar apa sih dia bisa kayak gitu? Nah kalo kalian coba lihat dari sisi positifnya, Adolf Hitler memiliki skill yang mumpuni dalam masalah kepemimpinan, sosoknya yang tegas, mampu membuat warga Jerman ketika itu, memiliki kobaran semangat dalam dadanya.
Keahlian lain yang ga kalah kerennya adalah kecerdasan beliau membuat strategi perang yang dahsyat serta kecepatan dan ketepatan beliau dalam mengambil keputusan, sampai-sampai negara-negara lain yang kuat pada masa itu berkali-kali dipukul mundur. Dan salah satu sifat yang sangat sangat perlu ditiru oleh pemuda Indonesia dari sosok Panglima luar biasa ini adalah kecintaannya yang besar terhadap tanah airnya. Nah keren kan? Makannya mulai sekrang coba deh liat sesuatu itu ga hanya dari sisi negatifnya aja, tapi juga coba cari sisi positifnya.
Eits! Keasikan cerita kelupaan deh masalah cita-citaku tadi. Oke coba di review lagi. Aku itu punya cita-cita menjadi seorang penceramah kawakan kayak Aa Gym, menjadi seorang pembuat pesawat terbang yang notabene masih jarang di dunia seperti Prof. Habib (sebutanku sendiri), terus jadi penyanyi terkenal yang punya bejibun fans kayak Afgan, menjadi seorang dokter seperti dr. Mursidin (sekilas aja ya, dr. Mursidin itu adalah dokter langgananku sewaktu kecil, beliau sangat ramah sekali pada setiap pasiennya, khusus untuk pasien anak, beliau pasti selalu memberikan sebuah hadiah, entah itu kue, mainan, jika setelah diperiksa, hebat kan? Sungguh dokter teladan! Tetapi, sedihnya, beliau sudah meninggal ketika aku menginjak umur 10 tahun, nah semenjak itulah aku menekadkan diri di hati, bahwasannya aku ingin meneruskan pekerjaan mulianya itu), menjadi seorang psikolog sekaligus hipnoterapis seperti Etzel Cardena dan terakhir menjadi seorang pemimpin negara yang tegas, berwibawa, dan cinta tanah air seperti Adolf Hitler.
Nah, timpang kan? Hehe. Yg satu peceramah, ada lagi penyanyi, terus ahli mesin peawat terbang, dokter, psikolog yang rangkap juga jadi hipnoterapis dan seorang pemimpin negara. Ya begitulah. Kalian juga pasti punya cita-cita kan? Maka dari itu diawal, udah dikasih quotes, “Jangan pernah takut punya mimpi, karena mimpi itu bakalan buat hidup kamu lebih bermakna, berwarna dan menegangkan.”
Menjadi bermakna, karena dengan adanya cita-cita manusia lebih mampu merasakan hidup dan untuk apa hidup sebab memiliki arah dan tujuan yang jelas. Menjadi berwarna, karena dengan adanya cita-cita kita selalu melakukan usaha semaksimal mungkin dengan cara yang berbeda-beda, melakukan hal-hal yang baru demi tercapainya cita-cita. Dan menjadi menegangkan karena kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi di masa depan, yang kita usahakan sekarang adalah bekerja semaksimal mungkin untuk menggapainya dan itu bakalan seru banget dan menegangkan pastinya.
Nah, friends, berikutnya kalian bakal baca mengenai perjalanan hidupku untuk menjadi seorang psikolog dan disetiap partnya juga bakal ada rubrik “lesson to learn” untuk mengambil pelajaran dari setiap kejadian. Semoga bisa menjadi inspirasi buat siapa pun yang baca. Let’s check this out!